Perkenalkan kecamatan paling selatan kabupaten Jember, Ambulu. Wilayah yang cukup besar yang meliputi tujuh desa, yaitu Ambulu, Andongsari, Karanganyar, Pontang, Sabrang, Sumberejo, dan Tegalsari. Kecamatan ini cukup menarik karena terdapat banyak sekali potensi wisata daerah yang menjadi tujuan warga Jember. Garis pantai yang lebar mulai dari pantai watu ulo sampai payangan sebagai daya tarik wisata alam. Wisata kuliner di Dira Ambulu, bakso kepala bayi, lalu ada pecel pincuk bisa menjadi pilihan makanan yang menarik untuk dinikmati. Bisa sedikit disimpulkan bahwa masyarakat Ambulu cukup kreatif dalam mengembangkan potensi desa termasuk kreatif dalam menamakan lapangan Ambulu menjadi alun-alun Ambulu.
Istilah alun-alun biasanya
disematkan pada ruang publik yang digunakan untuk ikon kota, ruang terbuka
hijau, tempat istirahat dan rekreasi. Biasanya didekat alun-alun juga terdapat
kediaman tempat pejabat kota, kantor pejabat kota, penjara, dan masjid agung. Tata
ruang seperti ini mengikuti tata ruang pada saat pendudukan Belanda di
Indonesia dengan nuansa Islam. Pada jaman kerajaan islam Masjid Agung selalu
menjadi ikon pendamping alun-alun. Seara teori alun-alun Kabupaten Jember ya
hanya satu, yang ada jantung kota Jember. Lalu bagaimana dengan alun-alun
Ambulu? Jika kita merujuk pada pengertian ruang terbuka hijau, tempat
istirahat, rekreasi dan terdapat masjid besar, maka betul ada alun-alun Ambulu.
Tapi karena tidak ada kantor pemerintahan maka sudah barang tentu menyematkan
istilah alun-alun kurang tepat.
Yang menjadi catatan penting
Masmin adalah di lapangan Ambulu sering dilaksanakan kegiatan besar, utamanya
kegiatan keagamaan. Terakhir adalah ketika 5 Agustus 2019 lapangan ini
digunakan untuk kegiatan Sinau Bareng Cak Nun. Tanpa harus menuju kota,
masyarakat Ambulu bisa mendapatkan hiburan di sekitar lapangan tersebut, bahkan
dekat dengan pasar kecamatan. Hal ini yang mungkin membuat masyarakat sekitar
Ambulu menyebut lapangan Ambulu dengan sebutan alun-alun Ambulu.
Komentar
Posting Komentar